Publikasi - Berita

Kamis, 02 Juni 2022 12:05 WIB

Sarasehan Kebangsaan, Budi Muliawan: Generasi Muda Harus Adaptif Terhadap Perubahan Zaman

post

SEMARANG – Globalisasi dan kemajuan teknologi, terutama teknologi informasi menyebabkan berbagai disrupsi informasi di berbagai bidang. Salah satunya di bidang pendidikan dan pengajaran. Akibat pandemi Covid-19, misalnya, pola pendidikan berubah dengan sistem daring. Guru dan juga siswa dituntut untuk melek teknologi informasi sebab sekolah tatap muka sempat dihentikan, diganti dengan sistem daring.

”Pola ini membuat guru harus bisa menggunakan teknologi informasi, salah satunya Zoom,” ujar Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Setjen MPR Budi Muliawan, SH., MH yang menjadi pembicara dalam dialog bertajuk ‘Peran Mahasiswa dalam Memajukan Bangsa’ dan sarasehan bertajuk Menyapa Sahabat Kebangsaan’ di Gedung Prof. Ir. Retno Sriningsih, Kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), Semarang, Jawa Tengah, Selasa (31/5/2022).

Sarasehan yang digelar hasil Kerjasama Biro Humas Sekretariat Jenderal (Setjen) MPR dan Unnes itu dihadiri Pelaksana Tugas Deputi Administrasi Setjen MPR Siti Fauziah, SE., MM;  Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama Unnes Mulyo Widodo, SPd., MM-K; dan Kepala UPT Pusat Humas Unnes Muhammad Burhanudin, SS., MA, dan diikuti ratusan mahasiswa Unnes dari berbagai jurusan.

Menurut Wawan–sapaan akrab Budi Muliawan–disrupsi tidak hanya terjadi dalam pola pendidikan dan pengajaran. Dalam kehidupan masyarakat pun ada perubahan gaya hidup dan etika dalam pergaulan. Hadirnya teknologi informasi diakui memudahkan orang dalam berkomunikasi. ”Waktu dan jarak sekarang bukan hambatan lagi berkat kemajuan teknologi informasi. Dulu untuk mengirim uang kiriman dari orangtua memerlukan waktu hingga tiga hari lewat Kantor Pos. Saat ini cukup satu menit dengan menggunakan transfer antarbank,” ungkap alumni Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang itu.

Disisi lain, globalisasi dan kemajuan teknologi membawa dampak yang sangat mengkhawatirkan. Misalnya, membuat orang lebih suka menyendiri dengan perangkat komunikasinya daripada bersosialisasi dengan yang lain secara langsung.

Menghadapi globalisasi dan kemajuan teknologi, Budi Muliawan menegaskan bahwa perubahan ini tidak perlu dihindari, namun kita tidak bisa juga larut di dalamnya. ”Nah agar bisa bertahan maka kita harus mampu beradaptasi. Kalau dalam Ilmu Biologi, makhluk hidup yang bisa beradaptasi dengan lingkungan, dialah yang akan mampu bertahan hidup. Begitu juga sebaliknya,” tuturnya.

Budi Muliawan mengatakan bahwa dalam menghadapi tantangan zaman, selain harus menguasai ilmu dan teknologi, penting juga memegang nilai-nilai etika dan norma yang ada. “Kita harus tetap memegang nilai dan norma yang ada dalam Pancasila. Nilai-nilai ini harus dijaga dalam menjalankan kehidupan sehari-hari karena akan membawa kita dalam suasana yang saling menghormati dan menghargai di tengah kemajuan zaman,” paparnya.

Menurutnya, bangsa ini harus memegang erat nilai-nilai luhur bangsa yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Keempat nilai luhur bangsa itu merupakan pedoman hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. “Berkat Pancasila, bangsa Indonesia tetap utuh bersatu, tak terpecah belah,” katanya.

Budi Muliawan merasa bangga bisa hadir di tengah generasi muda para calon guru yang mengikuti acara tersebut. Menurutnya, pendidikan merupakan dasar dan kunci kemajuan bangsa. Untuk itu, guru memiliki peran yang sangat mulia. Tugas guru tidak hanya menjadikan anak pintar, tetapi juga membuat anak paham pada kehidupan.

Dalam diskusi tersebut, Budi Muliawan juga menyampaikan peran strategis dan pentingnya generasi muda, mahasiswa. Berbagai peristiwa penting seperti tonggak kebangkitan nasional tahun 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 1945, dan perubahan tatanan politik yang terjadi pada tahun 1966 dan 1998, tak lepas dari peran besar mahasiswa.

Dari catatan perjalanan sejarah bangsa itulah, Budi Muliawan menyebut bangsa ini selalu menunggu peran dan kiprah generasi muda. “Kepada pemuda dan mahasiswa-lah, estafet kepemimpinan bangsa akan diserahkan”, tuturnya. Dalam menghadapi perubahan zaman, diharapkan generasi muda meningkatkan kemampuan, adaptif dengan alih teknologi, serta tidak berhenti dalam berinovasi. “Juga tetap berpegang teguh pada nilai-nilai luhur kehidupan berbangsa dan bernegara. Hanya dengan cara itulah, generasi muda, mahasiswa, bisa terus berkontribusi dalam membangun bangsa dan negara,” tambahnya.

Pembicara lainnya, Muhammad Burhanudin, mengatakan agar terus bisa berkontribusi dalam pembangunan, mahasiswa harus bisa meningkatkan kreativitas dan inovatif. Dua hal tersebut dapat memberikan peluang yang lebih besar, dibanding mereka yang hanya berdiam dan pasrah terhadap apa yang ada di hadapannya. (*)

Organisasi Internal

post
post
post